VARIASI EFEK FARMAKOLOGI DARI SAMPEL TANAMAN YANG SAMA

Tumbuhan sangat penting tidak hanya sebagai bahan sandang, pangan, papan tetapi juga sebagai penghasil bermacam-macam senyawa kimia. Sebagian besar dari senyawa kimia yang diambil dari tumbuhan berupa metabolit sekunder (Mann, 1989). Metabolit sekunder merupakan hasil yang khas dari tumbuhan, dibentuk dan diakumulasikan pada bagian-bagian tertentu dari tumbuhan. Lindsey & Jones (1989) menyatakan bahwa manfaat metabolit sekunder adalah :

1. Melalui kultur jaringan tumbuhan dapat dibentuk senyawa yang bermanfaat dalam kondisi terkontrol dan dalam waktu yang relatif lebih singkat.

2. Sel-sel tumbuhan dapat diperbanyak dengan mudah untuk memperoleh metabolit tertentu.

3. Pertumbuhan sel secara otomatis terawasi dan proses metabolisme dapat diatur secara rasional.

4. Hasil produksi yang diperoleh lebih konsisten, baik dalam kualitas maupun kuantitas.

5. Melalui kultur jaringan tumbuhan dapat dibentuk senyawa baru yang tidak terdapat dalam tanaman induknya dan senyawa baru ini mungkin berguna untuk dikembangkan atau dimanfaatkan lebih jauh.

6. Kultur tidak bergantung pada kondisi lingkungan seperti keadaan geografis, iklim, musim dan tidak memerlukan lahan yang luas.

Kondisi tempat tumbuh juga sangat berpengaruh terhadap kualitas tanaman obat. Sintesis kerangka karbon dari metabolit sekunder yang aktif sangat tergantung pada sinar matahari sebagai sumber energi untuk fotosintesis. Oleh karena itu lama waktu, intensitas dan spektrum sinar matahari selama pertumbuhan sangat berpengaruh terhadap kualitas tanaman obat.

 Cuaca panas disukai dalam proses fotosintesis dan sebaliknya cuaca hujan menghambat pembentukan alkaloid pada berbagai species (Bernard, 1986). Memang sangat sulit mengatur cuaca sesuai dengan kebutuhan, hal ini mempunyai implikasi terhadap kualitas produk fitofarmaka yang dihasilkan nantinya. Sebagai contoh adalah tanaman Atropa belladonna yang ditumbuhkan di Peninsula Crimean mengandung alkaloid aktif sebesar 1,3%, sedangkan yang ditumbuhkan di Leningrad ternyata hanya mengandung 0,3% alkaloid aktif (Waller dan Nowacki, 1978).

EFEK KOMPLEMENTER, SINERGISME DAN KONTRAINDIKASI

Perkembangan obat alami sekarang ini sedang melesat. Banyak orang yang beramai-ramai mengklaim tentang khasiat suatu tanaman untuk mengobati suatu jenis penyakit tertentu tanpa dasar ilmiah yang jelas. Hal inilah yang mendorong dilakukannya banyak penelitian dilakukan untuk membuktikan khasiat dan keamanan dari suatu jenis tanaman yang diklaim sebagai obat tertentu.

Tentu saja akhir-akhir ini yang paling gencar adalah mengenai obat kanker. masih kita ingat bahwa beberapa waktu yang lalu tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) disebutkan oleh berbagai pihak mampu mengobati kanker, sebelumnya tanaman yang terkenal dapat mengobati kanker antara lain kunyit (Curcuma domestica) maupun benalu. Namun, perlu kita ketahui bahwa penyebab kanker adalah beragam sehingga dalam pengobatannya tidak bisa didasarkan dari satu aspek saja. Misalnya : kunyit mengandung senyawa kurkuminoid yang memang bisa meredakan gejala inflamasi (peradangan) dan kanker sendiri terkait dengan munculnya reaksi inflamasi itu sendiri di dalam tubuh. Tetapi,pengobatan dengan tanaman kunyit tidaklah mencukupi untuk melawan sel-sel kanker yang berkembang dengan pesat di dalam tubuh. Kita memerlukan senyawa lain (dari tanaman lain) yang mendukung upaya pencegahan penyebaran kanker itu sendiri. Efek yang dihasilkan ini disebut sebagai efek komplementer, yaitu efek terapi  dengan menggabungkan penggunaan beberapa senyawa yang saling mendukung dalam upaya pencegahan suatu penyakit namun melalui mekanisme yang berbeda.

Berbeda halnya dengan efek komplementer, ada pula yang disebut dengan efek sinergisme di mana penggunaan beberapa senyawa dari tanaman yang sama ataupun berbeda akan menghasilkan efek yang sama karena mekanismenya dalam upaya pencegahan suatu penyakit juga sama. Salah satu contohnya adalah kandungan garam Kalium dan Flavonoid (sinensetin) yang terdapat dalam tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus) sama-sama bersifat sebagai diuretik sehingga dapat melancarkan buang air kecil.

Selain kedua efek di atas juga terdapat efek kontraindikasi yang harus kita hindari jika ingin mengobati suatu penyakit. Efek kontraindikasi ini bisa terdapat dalam satu tanaman maupun dalam tanaman lain yang sama-sama digunakan dalam satu sediaan. Khusus dalam produksi suatu sediaan obat herbal, perlu dicermati benar-benar cara ekstraksi bahan berkhasiat yang akan dituju. Jangan sampai kita salah mengekstraksi bahan baku kita sehingga zat aktif yang kita dapatkan bukanlah zat aktif yang kita maksud. Contoh dari efek kontraindikasi adalah senyawa antrakinon dan tanin yang terdapat pada kelembak (Rheum officinale). Antrakinon bersifat sebagai laksansia (urus-urus) sedangkan taninnya bersifat sebagai antidiare. Hal ini juga akan mempengaruhi bagian tanaman yang akan digunakan sebagai bahan baku. Kita harus tahu juga bagian mana yang mengandung banyak tanin dan bagian mana yang mengandung banyak antrakinon.

Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme

PENYEBAB PENYAKIT DARI BAKTERI BERIKUT :

1.      Escherichia coli

E.coli ini strain partogeniknya menyebabkan penyakit diare menular (scours). (Dorland : 1996).

*   Penyakit yang biasa ditimbulkan oleh E. coli pada manusia adalah : (Wikipedia)

a.      Hemorrhagic colitis (HC)

b.      Hemolytic uremic syndrome (HUS)

c.       Thrombotic thrombocytopenic purpura

      Dari ketiga penyakit diatas yaitu Haemorrhagic colitis memiliki gejala diare berdarah, kram perut, gagal ginjal, dan menyebabkan kematian mikroflora dalam usus. Jika terserang E. coli ini, kemungkinan terkena penyakit haemorrhagic colitis adalah 38-61% dengan masa penyembuhannya antara 5-10 hari. Bila haemorrhagic colitis dibiarkan, penyakit ini dapat berakibat fatal karena adanya komplikasi yang disebabkan oleh haemolytic uraemic syndrome yang dapat menyebabkan kerusakan sel darah merah, dan gagal ginjal, serta diare dengan feses yang mengeluarkan darah (pendarahan yang dapat berakibat fatal, bahkan menyebabkan kematian, khususnya pada anak-anak). Sedangkan, Thrombotic thrombocytopenic purpura dapat menyebabkan thrombocytopenia, anemia, demam, kerusakan pencernaan, dan kerusakan saraf. Penyakit-penyakit ini umumnya disebakan oleh konsumsi daging maupun sayuran yang tidak masak. Daging maupun sayuran yang tidak masak ini merupakan habitat dari E. coli patogen ini.

*   E.coli terdiri dari berbagai macam keragaman yaitu: (Ratih :2010)

1. EHEC (enterohemorrhagic E. coli) menyebabkan serangan diare berdarah  haemolytic uraemic syndrome (HUS). HUS ini ditandai dengan keadaan gagal ginjal akut, anemia dan kekurangan trombosit dan juga gangguan neurologis sampai stroke dan koma. Pada kondisi tertentu memproduksi Vero toxin dan Shiga toxin. Contoh  serotype yang memproduksi shigatoxin adalah, E. coli 0157:H7dan Enterohaemorragic E coli O104:H4\

2. ETEC (enterotoxigenic E. coli) disebut juga traveler’s diarrhea, dengan gejala diare cair,  kram perut, dan demam, beberapa sero tipe of E. coli (0169:H47, 0148:H28) menghasilkan toksin.\

3. EPEC (enteropathogenic E. colidapat menyebabkan diare pada anak-anak. EPEC menyerang jaringan gastrointestinal tissues, khususnya pada bayi yang baru lahir dan menyebabkan diare cair atau diare yang disertai perdarahan pada bayi baru lahir karena produksi toksin yang mirip dengan yang diproduksi oleh  bacteri jenis  Shigella dysenteriae.

4. EIEC (enteroinvasive E. colimenyebabkan diare yang disertai perdarahan seperti diare yang disebabkan oleh Shigella E. coli juga dapat menyerang jaringan epitel pada berbagai usia dan juga menyebabkan mual, demam dan rasa kedinginan. Bakteri  serotype ini berhubungan dengan Shigella spp. Pada beberapa anak menyebabkan haemolytic uraemic syndrome (HUS).

5. EAEC (enteroadherent E. colimenyebabkan diare pada anak-anak. Pada beberapa kejadian pada traveler’s diarrhea pada orang dewasa menyebabkan infeksi saluran urine. Kelompok ini tersusun  dari beberapa strain  E. coli strains (contohnya, 0119 or 055). Serotipe ini dapat menempel pada jaringan sel manusia seperti jaringan gastrointestinal  dan sel-sel lain. Sebagian dari grup ini dapat menyebabkan diare ringan khususnya pada anak-anak. E. coli serotype lain walaupun dapat menempel, tidak menyebabkan timbulnya penyakit. Seperti  EAggEC, strain E. coli ini tidak menghasilkan shigatoksin atau tidak menghasilkan secret yang merupakan toksin bagi mahluk hidup

6. EAggEC (enteroaggregative E. colimenyebabkan diare pada anak-anak di Negara berkembang paling sedikit selama 14 hari. Diare yang terjadi cair, berlendir dan berdarah pada kondisi tertentu. EAggEC biasanya menyebabkan demam dengan suhu yang tidak terlalu tinggi  (kurang dari  101 F atau 38.3 C) dan hampir tanpa disertai rasa mual. 

*   Escherichia coli (jawetz : 1996)

Bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya epidemic penyakit-penyakit saluran pencernaan makanan, seperti kolera, tipus, disentri, diare, dan penyakit cacing. bibit penyakit ini berasal dari feses manusia yang menderita penyakit-penyakit tersebut.

2.      Proteus vulgaris

·      Proteus vulgaris Penyakit yang ditimbulkan berupa infeksi tractus urinarius pada nosocomial infection. pencegahan nosocomial infection dilakukan dengan menggunakan kateter dalam keadaan steril.

·      Spesies ini terdapat dalam beberapa macam serotype , strain x yang mengalami aglutinasi dalam antiserum terhadap penyakit riketsia tertentu (Dorland : 1996)

·      Proteus dapat menyebabkan infeksi saluran kemih

3.      Klebsiella pneumonia

·      Klebsiella pneumonia Bakteri ini sering menimbulkan pada tractus urinarius karena nosocomial infection, meningitis, dan pneumonia pada penderita diabetes mellitus atau pecandu alcohol. gejala pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ini berupa gejala demam akut, malaise (lesu), dan batuk kering, kemudian batuknya menjadi produktif dan menghasilkan sputum berdarah dan purulent (nanah). bila penyakitnya berlanjut, akan terjadi abses, nekrosis jaringan paru, bronchiectasi dan vibrosis paru-paru. Pencegahan dilakukan dengan peningkatan derajat kesehatan dan daya tahan tubuh. pencegahan nosocomial infection dilakukan dengan cara kerja yang aseptik pada perawatan pasien di rumah sakit.

·      Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan dan saluran pencernaan (Dorland :1996)

·      Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri  Klebsiella pneumonia (Mawar :2009)

4.      Bakteri coliform

·      Bakteri coliform ini menghasilkan zat ethionine yang pada penelitian menyebabkan kanker. (Erickbio: 2008)

·      Coliform mengganggu saluran pencernaan dalam jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan (Pelczar & Chan :2008)

5.      Jamur

·      Jamurbisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara lain : (Joklik :1988)

1.      Mikosis yang menyerang langsung pada kulit

2.      Mikotoksitosis akibat mengonsumsi toksin dari jamur yang ada dalam produk makanan.

3.      Misetismus yang disebabkan oleh konsumsi jamur beracun.

Pada manusia jamur hidup pada lapisan tanduk. Jamur itu kemudian melepaskan toksin yang bisa menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa berupa bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris. Ada pula infeksi yang berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Itu tergantung pada jenis jamur yang menyerang.

·      Banyak orang meremehkan penyakit karena jamur, seperti panu atau kurap. Padahal, penyakit ini bisa menular lewat persentuhan kulit, atau juga dari pakaian yang terkontaminasi spora jamur. Banyak anggapan, penyakit panu atau kurap sekadar masalah kosmetik.

6.      Pseudomonas aeruginosa

·      Pseudomonas aeruginosa adalah penyebab berbagai penyakit pada manusia, termasuk penyakit endokarditis, pneumonia dan meningitis, dan kadang kadang kuman ini menyebabkan suatu jenis otitis yang dikenal sebagai hot meatherb ear. (Dorland :1996)

·      Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri  Pseudomonas aeruginosa (jawetz: 1996)

·      Infeksi Lokal (slamethandono : 2008)

Infeksi dapat terjadi di mata, telinga, kulit, saluran urin, saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan pada system saraf pusat Infeksi lokal berpotensi berkembang menjadi infeksi menyebabkan mata meradang bengkak dan mata merah obatanya cukup dengan Polymyxin B Sulfate.

·      Infeksi Sistemik (slamethandono : 2008)

Infeksi sistemik karena P. aeruginosa mencakup bakteremia, pneumonia sekunder, infeksi tulang dan otot, endokarditis, infeksi system saraf pusat, dan infeksi jaringan kulit.

7.      Salmonella parathyposa

·      Dapat menyebabkan tifus, paratifus atau gangguan pencernaan (gastroenteritis).

·      Menyebabkan pula pada manusia, kadang kadang pada hewan yang lebih rendah, formula antiginetiknya I, II, XII disebut juga s.parathyposa ini agen dari etiologic paratifoid pada manusia yang juga menimbulkan sindrom akut keracunan  makanan . (Dorland: 1996)

8.      Staphylococcus aureus

·      Staphylococcus aureus  kuman ini menghasilkan racun enterotoksin yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang mendadak, yaitu gejala keracunan seperti kekejangan pada perut dan muntah-muntah dan dapat pula terjadi diare. (Jawetz :1996)

9.      Clostridium perfringens

·      Clostridium perfringens dapat menyebabkan keracunan yang ditandai dengan sakit perut, diare, pusing, tetapi jarang terjadi muntah-muntah. (Mawar :2009)

·      Clostridium perfringens  tipe B yang menyebabkan disentri pada anak. (Dorland: 1996)

10.  Clostridium bifermentas

·         Clostridium bifermentas yang lebih toksik dan lebih virulen (Dorland: 1996)

·         Racun Clostridiumbiasanya dikonsumsi dalam makanan, bisa melemahkan atau melumpuhkan otot.

·      Clostridium bisa mulai dengan mulut kering, penglihatan ganda, dan ketidakmampuan untuk fokus pada mata atau dengan gangguan lambung.

11.  Bakteri aerob berspora

·      Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis bakteri aerob. (Joklik :1988)

·      Bakteri berspora ini menyebabkan penyakit saluran nafas.

12.  Staphylococcus epidermidis

·      Dapat menyebabkan luka Penderita, dengan radang tenggorokan yang disebabkan streptokokus ditandai dengan munculnya demam secara tiba-tiba, sakit pada tenggorokan, tonsillitis exudativa ataufaringitis dan terjadi pembesaran kelenjar limfe leher bagian depan, Faring, kripte tonsil. Kedokteran.com

13.  Streptococcus alfa hemliticus

·      alpha-hemolisis adalah “hijau” sebagian atau hemolisis terkait dengan pengurangan merah sel hemoglobin. Nonhemolytic colonies have been termed gamma-hemolytic.dapat menyebabkan endokarditis infektif dan periodontal parah, Orang yang terinfeksi biasanya merasa lelah dan memiliki demam , kadang disertai menggigil, sakit kepala , nyeri otot, kelenjar getah bening, dan mual. Young children may complain of abdominal pain. Anak-anak mungkin mengeluh sakit perut. The tonsils look swollen and are bright red, with white or yellow patches of pus on them. Amandel terlihat bengkak dan berwarna merah cerah, Kadang-kadang langit-langit mulut berwarna merah atau bintik-bintik merah kecil. Often a person with strep throat has bad breath . Seringkali orang dengan radang tenggorokan memiliki bau mulut . (doktersehat.com)

 

DAFTAR PUSTAKA

Britigan BE et al : 1985, Gonococal infection: A model molecular pathogenesis, N Engl J. Med; 312 :1682.


Jawetz. E , Melnick & Adelberg, 1996, “Mikrobiologi Kedokteran, edisi 20 EGC Jakarta

Joklik W.K et.al (eds) : Zinserr Microbiology, 19th ed, Appleton Century-Crofts, New York, 1988

Pelzar Michael: Dasar-dasar Mikrobiologi, jilid 2 UI-Press Jakarta 1988.

Ratih Dewanti-Hariyadi, “mengenal-lebih-jauh-tentang-escherichia-coli”

http://202.70.136.150/index.php/article/read/mengenal-lebih-jauh-tentang-escherichia-coli 

Slamet, handono, 2010 “Infeksi_Pseudomonas “

http://medicastore.com/ penyakit/208/  Infeksi _Pseudomonas.htmlkerusakan bahan panganWeb

http://id.wikipedia.org/wiki/Escherichia_coli_O157:H7

http://erickbio.wordpress.com/2011/07/03/bakteri-coliform/

 

http://doktersehat.com/e-coli-enterohemoragik-bakteri-penyebab-diare-mematikan/

http://mawarmawar.wordpress.com/2009/02/27/penyakit-yang-disebabkan-oleh-bakteri/


http://erickbio.wordpress.com/2011/07/03/bakteri-coliform/